Soal Tinju Sulut, RE Bilang Begini

MANADO – Pembina tinju amatir Indonesia Richard Engkeng (RE) mengaku belum melihat kemajuan berarti dari cabor adu jotos ini di Indonesia bahkan pun Sulut.
Salah satu hal yang dikritisinya adalah soal pembinaan. Apalagi budaya baku cungkel yang masih kentara.
” Yang agak rumit memang begitu sebab pembina kalau tidak maksimal maka hasil tidak akan optimal,” kata Richard di Maumbi, Senin (24/4/2023).
Menurut tokoh tinju amatir Indonesia berdarah Sangihe ini pembina pun dalam membina mesti benar-benar tulus. Jangan ada motivasi lain.
“Membina atau jadi pengurus hanya untuk cari sesuatu sebaiknya jangan,” kata RE, sapaan akrab anggota marinir TNI AL ini.
Sementara disisi lain ada yang mau buang uang untuk membina tapi masih bisa disalahkan.
Situasi seperti itu dilihatnya jadi penghambat.
Ia pun menceritakan pengalaman terkait hal seperti itu.
” Jujur, pribadi saya merasa kecewa dan heran karena pernah disebut pungut uang untuk pembiayaan. Ini aneh sebab saya sudah miliaran rupiah keluar biaya bina tinju di Jakarta juga di Manado eh masih bisa kena fitnah seperti itu. Gaya baku cungkel di tinju “so kentara’,” ungkap salah satu owner pusat hiburan malam terkenal di Jakarta, Stadium, yang kini sudah tutup.
Situasi itu membuat dia jadi seperti apatis. Namun mengaku tetap membina seperti ada 5 petinju Pertina DKI masuk skuad Indonesia ke SEA Games Kamboja yang akan digelar mulai 4 Mei 2023.
Mantan Danton nya di TNI AL yang kini menjadi syahbandar pelabuhan Manado Letkol Benyamin Ginting mengakui bahwa dedikasi RE di tak diragukan lagi.
” Dia banyak keluar duit loh di tinju saya tahu kena dia anak buah saya dulu,” kata Ginting dua pekan sebelumnya pada kesempatan terpisah.
Menurut RE, Sulut hampir 10 tahun kuasai tinju amatir Indonesia baik junior maupun senior dari era Adrianus Taroreh, Ilham Lahia kemudian generasi Bonix Saweho.
Muaranya, ketiganya pernah tampil di Olimpiade. Adrianus dan Ilham di Seoul 1988, sementara Bonix di Athena 2004.
Di luar mereka ada juga nama lain seperti Frangky Mamuaja, Royke Waney, Serdyson Pangandaheng hingga Melky Lelengboto.
Dan juga eks amatir yang ke profesional seperti Hengky Wuwungan dan Vicky Tahumil. Lalu dari putri pernah ada Indrie Saimbana.
” Kini, era itu seperti putus. Jadi harus dievaluasi soal pembina dan pembinaannya,” kata dia.
Sulut mulai mencoba kembali menunjukkan ‘taringnya’ di tinju amatir nasional.
Seperti torehan tiga petinju di Kejurnas Tinju 2022 Medan pada kategori junior dan youth girl.
Emas dipersembahkan Luis Mawikere (52 kg), emas kedua oleh Israellah Saweho (youth girl/ 48 kg) dan emas ketiga Maria Manguntu (youth girl/60 kg). Israellah bahkan dinobatkan sebagai petinju terbaik.
” Junior yang mulai masuk arena persaingan nasional. Ini bagus asalkan pembinaan berjalan sebagai mana mestinya agar ke senior bisa kembalikan nama Sulut lagi,” kata dia.
Meski begitu dia berharap Pertina Sulut yang kini dipimpin Ketua Fransiscus Andi Silangen menggantikan Reynold Bangkang dan Pertina Pusat yang dipegang Mayjen (TNI/pur) Komaruddin Simanjuntak menggantikan Jhoni Asadoma bisa bergairah.
” Pengurus baru mungkin lagi pembenahan namun sekali lagi pembinaan harus murni dan tulus,” kata dia.(rma)