Dokter Sidabutar ‘Menghilang’, Soal Dugaan Tagihan Fiktif Kesehatan di PLN Suluttenggo
MANADO – Kasus tagihan fiktif yang menggerogoti uang negara di PLN Sulutenggo bak bola salju.
Sebab, selain petinggi PLN di era GM Leo Basuki dan manajer SDM dan umum Galih Chrisetyo, dokter yang terlibat dalam modus tagihan akhirnya angkat suara.
Dokter Christofol yang disebut-sebut menandatangani resep dan obat bagi para pensiunan dan pegawai di lingkup BUMN tersebut akhirnya mengakui hal tersebut.
Awalnya, dokter yang kini dipercayakan sebagai Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi mengelak untuk ‘buka-bukaan’.
Namun, ketika data disodorkan bahwa ada tagihan atas nama NA yang ditandatangani dirinya barulah dia bicara.
Ia membenarkan tagihan itu mencantumkan pemeriksaan berapa kali dan biaya obat yang harus dibayarkan PLN Suluttengo atas nama NA. Tercatat Rp 22 juta lebih.
Padahal, NA sendiri tidak pernah memeriksakan diri ke dokter Christofol apalagi mengambil obat di apotek Kimia Farma di RS Rantumbuysang. Tak heran, NA melayangkan komplen dan kasus ini mendarat ke wadah Purna Karya Listrik Negara (Purlisna) yang akhirnya membongkar modus praktif kotor tersebut.
” Memang benar saya bertanda atas tagihan berupa hasil pemeriksaan pasien dan juga orderan obat,” beber dokter Christofol belum lama imi.
” Tapi, admin juga bertanggungjawab terhadap hal itu,” kata dia sambil menyebut tenaga administrasi yang menangani tagihan tersebut.
” Sebenarnya ini sudah ditangani secara internal dengan ada TGR ke admin dari pihak PLN Suluttenggo, namun saya akui saya salah karena tanpa ada pasien saya bertanda keluar tagihan pemeriksaan dan bayar obat-obatan oleh PLN,” beber dia.
Dia mengakui bahwa dia sendiri tidak digaji oleh PLN. Jadi dalam tagihan tersebut dicantumkan jumlah pemeriksaan dengan dikalikan Rp 25 ribu per sekali periksa.
Menurut dia, dokter Meiske Sidabutar yang mengajak dia untuk membantunya menangani kesehatan para pensiunan dan pegawai PLN di apotek Kimia Farma di RS Rantumbuysang, Manado.
” Namun, belakangan saya tidak diajak lagi saat itu oleh dokter Sidabutar. Karena memang hanya dokter Meiske yang sebenarnya berpraktik disitu,” kata Christofol.
Dokter Meiske Sidabutar yang kini bertugas di RSUP Malalayang saat dihubungi lewat ponsel beberapa kali tidak menjawab.
Pun halnya dengan pesan whatsapp tidak merespon meski sudah dibaca. (ram)