Nasional

Loyalitas Tanpa Batas, ‘Rambo’ dan Percaturan Politik

LOYALITAS tanpa batas. Itulah warna hubungan kekerabatan antara mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto (PS) dengan Yulius Selvanus Komaling (YSK).
Ya PS dan YSK adalah sebuah contoh pertemanan tak lekang di makan zaman.
Latar belakang Kopassus keduanya yang juga ikut andil membentuk karakter masing-masing.
Bahwa dalam soal kemiliteran dari kesatuan sama juga seperjuangan, dengan jiwa corsa pula ‘auto’ ikut melengkapi pertemanan yang tak bisa dianggap remeh.
Dari segi usia memang tentu berbeda. Bila PS saat ini berusia 71 tahun (Oktober genap 72), YSK 59 tahun bukan sebuah pembeda namun disitulah arti sebuah loyalitas.
Soal PS sudah banyak kita tahu. Bahwa dia anak eks Menteri Negara Riset Indonesia ke 3 dan Menteri Keuangan Indonesia ke 8, Prof Sumitro Djojohadikoesumo (Kebumen) dan Dora Marie Sigar (Langowan). Saudara kandungnya, Biantiningsih (kakak) dan Maryani (kakak) serta adik kandung, Hashim.
Namun siapakah sebenarnya YSK ?
Ini yang menarik. YSK ternyata beribukan wanita Minahasa bermarga Komaling (Kakas) sementara sang ayah berasal dari Tanah Toraja, Sulsel.
Jadi dilatari hal demikian, ‘so pasti’ mudah terbaca soal hubungan emosional keduanya. Sangat erat dan kental.
Di mata seniornya PS, YSK, adalah profil prajurit yang sangat tangguh di medan, cerdas dan berkarakter kuat. Menjadi Wakil Komandan Grup I Kopassus menegaskan siapa dan bagaimana jati diri dari jendral bintang 2 yang purna tugas 2021 ini.
Ada kisah heroik dari seorang YSK yang juga sempat jadi staf khusus Kasad 2018-2019 di sela-sela waktu 23 tahun lamanya dia di Kopassus.
Dia disebut-sebut pernah hilang selama 21 hari ‘bro’ di hutan belantara Irian Jaya (Sekarang Papua). Tanpa makanan yang dibawa ! Dia berupaya mencari dan menyelamatkan kawan-kawannya yang hilang dan juga meninggal dunia.
Peristiwa itu terjadi di sekitar tahun 1994-1995 saat dia berpangkat Kapten Kopassus.
Yang gilanya, selama berada di hutan, apalagi tidak membawa ransum dan senjata api dia sama sekali buta dengan situasi dan kondisi geografis di Irian Jaya.
Namun jiwa kepemimpinan dan tanggungjawablah yang membuat dia berjibaku di daerah yang sama sekali asing baginya.
Karenanya, YSK, disebut sosok yang punya integritas, kepribadian serta komitmen yang kuat dalam menjalankan tugas.
Ternyata, pengalaman hebat dan luar biasa itu dipantau PS yang akhirnya menjuluki YSK, dengan mengambil contoh film berkelas Sylvester Stallone di era 2000 ke bawah.
Hal itu disentil PS saat berkunjung ke Sulsel Mei 2022. Saat itu apa kata PS? Tanpa basa-basi PS menyebut YSK adalah ‘Rambo’ Indonesia !
Arti sebuah pengakuan yang menempatkan kapasitas YSK yang bukan peteng-peteng alias kaleng-kaleng. Apalagi datang dari seorang PS yang juga dikenal pernah bergerilya semasa Timor Timur masih di pangkuan ibu pertiwi.
***
Seiring waktu berjalan saat PS dilantik Presiden Jokowi 2019 menjadi Menteri Pertahanan, posisi yang prestise, YSK juga diangkut PS menjadi salah satu pilarnya di kementerian tersebut sebagai staf khusus bidang syber.
Sejurus dengan itu atmosfer baru mesti dijalani YSK terkait kapasitas atasannya tersebut. Tak lain setelah PS kembali menjadi Capres pada kali ketiga.
Sudah bisa ditebak, PS menaruh harapan besar bagi YSK untuk kembali menunjukkan loyalitasnya. Bedanya ini di medan politik bukan di medan perang.
Dan ini bersifat perintah !
Ya, berdasarkan pengakuan YSK, PS memerintahkannya untuk mampu berbuat sesuatu di tanah ibunya dan juga ibu PS sendiri.
” Saya diperintahkan untuk all out di Sulut pada perhelatan politik 2024,” kata YSK.
Apakah ini sinyal YSK bukan lagi sebatas menjalankan garis komando namun sudah akan bergeser ke ranah politik, itu yang menarik ditunggu.
***
YSK sepertinya bukan tipe person yang suka melewati garis batas atau masuk ke wilayah yang bukan tanggungjawabnya.
Ketika menggelar salah satu even catur di salah satu lokasi di Manado, YSK meminta agar tidak mengaitkan ajang itu dengan politik.
“Tolong jangan bicara politik dalam pertandingan ini. Mari kita bicara olahraga saja,” pinta YSK.
Catur bukan agenda dadakan baginya dan bagi komunitas catur di Sulut. Maklum, YSK, adalah Wakil Ketua Umum PB Percasi.
Ketua Umumnya sendiri adalah Utut Adianto. Memang Utut masih terbaik Indonesia sampai saat ini.
Kendati toh, generasi Susanto Megaranto, Taufik Halay muncul melapis namun nama Utut masih dipuncak. Namun, Utut juga tak bisa mengabaikan tugasnya sebagai legislator Senayan.
Ya, Utut, adalah utusan PDIP di DPR RI.
Sementara YSK dia wakil Utut itu karena YSK ‘pure’ militer yang suka olahraga dalam hal ini catur.
Pada iap event juga tetap ikut bermain. Bukan barang baru memang.
Bahkan dia yang memback up juga 2 pecatur muda Sulut Rafel Tenda dan Maria Angkow pada kejuaraan catur yunior Indonesia !
Namun sinergitas yang mereka bangun lewat PB Percasi mempertontonkan hal positif.
“Catur ini hebat. Ini olahraga yang aneh. Tidak bisa dibantah, tidak ada cabang lain seperti catur ini. Kenapa? Karena hanya ada atau dikenal percaturan politik cabor lain mana, nggak ada kan? ” sebut YSK sambil tersenyum.
Realita memang tidak berbanding lurus. Sejatinya, olahraga dan politik dua kutub berbeda. Tak bisa sejalan.
Namun tak bisa dibantah olahraga acap kali punya rasa dan makna hingga ke jalur politik karena jadi media ampuh ‘memengaruhi’ publik.
Pada akhirnya, politik tergantung pada tujuan bukan prosesnya.
Mengaitkan dua kutub tadi itu di era sekarang ini sah-sah saja selagi ada atmosfer pertandingan dan ada pemenang serta ada juga hadiahnya. Karena secara nyata ikut memberi kesempatan atlet unjuk gigi. Ketimbang tidak ada ketambahan frekuensi bermain yang muara dari latihan.
‘By the way’, kembali ke figur YSK supaya nda keluar jauh, bro ! Adalah sebuah keniscayaan ketika sebuah perubahan terjadi.
Perintah tadi, mau tidak mau harus dijalankan YSK, dalam bentuk apa dan dijalankan bagaimana, mesti diterjemahkannya.
Election 2024 menggarisbawahi bakal ketatnya rivalitas di daerah ini, daerah yang euforia politiknya bahkan melebihi daerah lain. Wajar daerah kita kaya dengan orang-orang yang kuat ‘bacarita’ kuat ‘baanalisa’ dengan kuat ‘bavonis’.
Tapi disinilah chalenge sesunguhnya. Meski suara pemilih Sulut hanya pada kisaran 1,8 juta pemilih –dari hasil share dengan teman-teman yang berkompetensi dibidang itu–toh itu tetap menarik diperdebatkan.
Karena apapun dan bagaimanapun 1 pemilih jelas berandil menentukan nasib bangsa ini ke depan. So, nikmati saja, bro dan sist. (mar)

Bagaimana Pendapatmu?

Back to top button