1.500 Jasad Hamas Ditemukan, Imam Masjid Al Aqsa Diancam Dibunuh
TEL AVIV-Militer Israel mengatakan, sekitar 1.500 jasad militan Hamas telah ditemukan di Israel sekitar Jalur Gaza, usai serangan besar-besaran dilancarkan akhir pekan lalu. Militer Israel juga mengatakan bahwa pihaknya telah merebut kembali kendali atas wilayah selatan yang berbatasan dengan Gaza. Seperti dilansir Al Jazeera dan AFP, Selasa (10/10), Juru Bicara Militer Israel Richard Hecht mengatakan kepada para wartawan, bahwa pasukan keamanannya berangsur telah memulihkan kendali atas perbatasan’ dengan Jalur Gaza.”Sekitar 1.500 jenazah militan Hamas ditemukan di Israel, sekitar Jalur Gaza,” ucap Hecht. Dia memastikan, bahwa tidak ada militan Hamas yang menyusup ke perbatasan Israel-Gaza sejak Senin (9/10) malam waktu setempat. “Sejak semalam, kami mengetahui tidak ada yang masuk, tapi penyusupan masih bisa terjadi,” ujar Hecht dalam pernyataan pada Selasa (10/10) waktu setempat. Dikatakan Hecht, bahwa militer Israel hampir menyelesaikan evakuasi seluruh masyarakat di sekitar perbatasan. Pada Sabtu (7/10) pagi, Israel dikejutkan oleh serangan mendadak Hamas yang menyerbu perbatasan di bawah rentetan serangan roket. Serangan Hamas itu dibalas oleh Israel dengan menyatakan perang dan meluncurkan serangan udara besar-besaran ke wilayah Jalur Gaza. Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan lebih dari 187.518 warga Palestina telah mengungsi dari rumah-rumah mereka di Jalur Gaza sejak Israel melancarkan gempuran. Disebutkan bahwa lebih dari 137.000 orang mengungsi di sebanyak 84 sekolah yang ada di Jalur Gaza. Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa pengeboman besar-besaran oleh Israel dimulai di Jalur Gaza yang berbatasan dengan Israel, sebelum bergeser ke pusat Gaza City. Jika pengeboman semacam ini terus berlanjut, maka warga sipil Gaza tidak akan memiliki tempat untuk berlindung karena lingkungan sekitar mereka hancur dan tidak bisa lagi dihuni. Hecht, dalam pernyataannya, menyebut ratusan target Hamas di area Rimal, Gaza City, telah digempur semalam. Area itu menjadi lokasi banyak gedung kementerian dan pemerintahan Hamas. Hecht juga mengatakan bahwa penduduk setempat telah diberitahu via media sosial sebelum gempuran dilancarkan untuk memberikan waktu evakuasi. Dalam pengarahan pada Selasa (10/10), Hecht menyarankan warga Palestina di Gaza untuk mengungsi melalui perbatasan Rafah dengan Mesir. Namun dia tidak merinci ke mana warga Palestina harus pergi atau bagaimana mereka bisa menyeberang perlintasan perbatasan yang ditutup secara berkala itu. Sementara itu beriringan dengan memanasnya perang Israel dengan Palestina di jalur Gaza, Imam Besar Masjid Al Aqsa, Syaikh Ekrima Sa’id Sabri, menerima ancaman pembunuhan. Dilaporkan Aljazeera Plus (AJ+) Arab dan TRT World, Dewan Tinggi Islam di Yerusalem (The Supreme Islamic Authority) dalam pernyataannya menyebut ancaman pembunuhan pada pimpinannya itu dimulai melalui media sosial sejak minggu lalu. “Hilangkan Ekrima Sabri sekarang,” demikian isi dari ancaman tersebut. “Dewan Tinggi Islam di Yerusalem memperingatkan bahaya nyata menyangkut pemimpinnya, Syaikh Ekrima Sabri, setelah menerima informasi tentang ancaman dari pemukim untuk membunuhnya,” kata pernyataan yang dikutip dari Al Quds International Institution (lembaga internasional independen Yerusalem), Kamis (12/10). Sebelumnya, dilaporkan Palestinian Information Center (PIC), Syaikh Sabri meminta umat Islam untuk meningkatkan frekuensi kehadirannya di Masjid Al Aqsa. Hal tersebut disampaikannya pada konferensi pers yang digelar, Sabtu (7/10). Konteks keterangan Syaikh Sabri tersebut menyoal serbuan Israel ke Masjid Al Aqsa beberapa waktu lalu.(dtc/snc/axm)
“