Advertisement
Nasional

Merambah Dunia dari Indonesia

By
Ram Makagiansar

CATAT dua nama ini : Estevao Welian dan Joel Thisanga Ndala. Lima tahun ke depan, aksi mereka digaransi bakal mewarnai kompetisi liga-liga Eropa.
Ya, Estevao dan Joel Ndala, adalah 2 nama yang menonjol sebagai nyawa di timnas Brazil dan timnas Inggris saat keduanya bentrok di arena FIFA World Cup 2023 U17 Grup C (Jumat, 17/11/2023).
Kenapa bakal meroket setidaknya 3 atau 5 tahun ke depan ? Modal pesepakbola masa depan telah dimiliki mereka.
Lahir dari negara dengan tradisi sepak bolanya yang mengakar jelas itu fakta sejarah yang tak bisa terbantahkan.
Skill ala Brazil, lentur tubuh saat menggiring bola dengan gaya zig-zag dan shooting kaki kiri dan kanan serta heading luar biasa memposisikan Estevao sebagai monster lini serang armada Samba.
Gol pertama Brazil dari kaki striker utama tim asuhan Phillipe Leal (36), Kaua Ellias, juga karena aksi solo Estevao. Dari sisi kanan dia menyisir ke tengah, mengecoh tiga pemain Inggris dan melepaskan tendangan lewat kaki kiri tapi berhasil di blok kiper Inggris Tommy Setford.
Tapi, bola rebound itu dikonversi Ellias jadi gol memanfaatkan celah ruang tembak dari benteng Inggris.
Ellias, pengoleksi 5 gol dan membawa Brazil diatas Ekuador U17 dan juga Argentina U17 di zona Conmebol dengan raihan juara membuka jalan kemenangan Brazil sebelum diikuti gol Joao Da Mata.
Saya pun sempat berkomentar pada mentor hebat Mohammad Kusnaeni atau Bung Kus saat di sela-sela laga di Jakarta International Stadium (JIS) itu.
” Gayanya (Estevao, red) mengingatkan pada Robinho dulu ya mas,” kataku dan dijawab komentator handal layar kaca itu, “benar.”
Tidak terlalu kekar dan juga tidak masuk kategori bertubuh besar, namun itu ditutupinya dengan kehebatan individu.
Anggota klub elit Palmeiras U17 itu benar-benar mempertontonkan gaya bermain hebat layaknya penyerang Brazil pada umumnya.
Ada hal menarik disampaikan Kusnaeni terhubung performa keseluruhan kedua tim.
Meski tidak lama berada bersama saya karena kesibukan lain juga sebagai Dewan Pengawas RRI Pusat karena akan ke Bogor, ia menyebut bahwa tim yunior dunia telah berevolusi cepat.
Bagaimana Brazil maupun Inggris sudah terlihat seperti tim senior !
” Tim-tim yunior dunia memainkan dengan menggunakan lebar lapangan,” kata dia masih dengan seragam Korpri nya.
Artinya, soal fisik prima, visi bermain dan lain sebagainya adalah gambaran pemain dan kerangka tim menuju senior telah tertanam.
Bahwa gaya main bertumpu di tengah layaknya anak-anak bermain telah tertepis dengan fakta-fakta tersebut.
Ada benarnya apa yang disampaikan Kusnaeni. Sebab, bola mengalir cepat dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya.
Inggris memperlihatkan lewat aksi play maker Finley McAllister, tercatat anggota Manchester United U17. Bola passing mendatar akurat menyusur tanah adalah hal menarik untuk membuka pertahanan Brazil.
Sementara Brazil dari lini kedua merobek dari sisi kiri dan kanan Inggris nyaris dekat garis pinggir lapangan lewat aksi-aksi individu Rayan, tandem Estevao dan striker utama, Kaua Ellias.
Memang, melihat langsung laga itu memang sangat luar biasa. Serasa bukan melihat anak-anak usia dibawah 17 tapi senior kelas dunia.
Kembali ke soal perseorangan. Dari kubu Inggris, Joel Thisanga Ndala tak ubahnya Estevao.
Pemain berkulit hitam namun berpostur tinggi besar ini ternyata lincah.
Dia berada diposisi sayap kiri dan berulang kali meneror pertahanan kanan Brazil. Gocekan dan memiliki speed langkah panjang dan tubuh kekar ini menjadi tumpuan timnya di barisan penggedor.
Ndala, pemain keturunan Afrika, menjadi momok menakutkan pada Brazil. Berulang kali Ndala terlibat duel dengan benteng kanan Brazil yang ditempati Pedro Lima.
Dari tusukan solo nya dan terlibat duel dengan benteng Brazil, Inggris mampu memperkecil kekalahan dari Brazil lewat 12 pas.
Ndala langsung yang mengeksekusinya meski Philippe Gabriel, kiper Brazil tepat mengantisipasinya namun bola lebih cepat.
Nah membicarakan Estevao dan Ndala tentu tidaklah salah. Karena, sudah pasti, banyak pencari bakat datang ke Indonesia untuk memilih pemain muda bertalenta yahud untuk selanjutnya di bawa ke Eropa.
Mengamankan pemain usia muda adalah memelihara aset dan sekaligus melakukan pergerakan lebih dulu dibanding kompetitor bertujuan demi masa depan.
Tengok bagaimana ‘kakak jauh’ Estevao, Ronaldo Luiz Nazario de Lima, saat berusia 18 tahun sudah keren bersama PSV Eindhoven.
Sepulang dari tur Indonesia di Surabaya (lawan Persebaya) dan Manado (lawan Persma) 1996, Ronaldo langsung ke Barcelona.
Padahal belum setahun keluar dari Brazil ke tim perusahan lampu Philips di Belanda itu.
Contoh pemain muda Brazil terdekat saat ini antara lain Marcos Leonardo (18) sudah ditangkap Barcelona dari Athletico Paranaense. Lalu ‘kakak’ di Palmeiras dari Estevao, yakni Endrick (18) digenggam Real Madrid. Kemudian, ada Angelo Gabriel (18) dari Santos diangkut Chelsea.
Jadi, Estevao itu bukan tidak mungkin segera juga menuju Eropa.
Sementara Ndala, yang ternyata diusianya baru mau mencapai 17 tahun berada dalam tim beken Inggris Manchester City U21, kalau pun bertahan tentu sudah dekat dengan Liga Primer Inggris. Bisa saja dia akan diangkut Yoseph Pep Guardiola ke tim senior, The Cityzen.
Akhirnya apa yang bisa dipetik dari laga itu bahwa level 17 itu bukan lagi bicara umur masih remaja. Tapi, bicara soal calon pemain dunia di usia 17. Estevao dan Ndala telah merambah dunia dari Indonesia. (***)

Bagaimana Pendapatmu?

Back to top button