Final Eropa Terulang di Solo ?
FIFA World Cup U17, Jerman vs Prancis
INDONESIA berada di mata dunia. Dan, sejarah telah mencatat.
Benar hanya level U-17 yang nota bene dibawah U-20 apalagi yang piala dunia senior.
Namun, kegagalan Peru menggaransi infrastruktur (venue atau arena laga) untuk kategori U-17 memberi keuntungan bagi Indonesia.
FIFA menyadari bahwa begitu U-20 gagal padahal melihat sepak bola dominan di negara kita dan dialihkan ke Argentina, Indonesia tetaplah pasar bagus untuk sepakbola.
Dan PSSI serta pemerintah pun langsung menangkap “hadiah” dari FIFA untuk U-17. Ini momentum bersejarah. Klop sudah.
Maka, tukar guling Indonesia dan Amerika Latin (Argentina ketiban U-20, Peru relakan U-17 pindah Indonesia) benar-benar terjadi.
Kenapa disebut hadiah? Ya, karena PSSI tidak pernah ikut bidding atau usulan proposal penentuan tuan rumah untuk kategori U-17 itu ke FIFA. Yang ada hanya untuk U-20 itu tadi !
Maka, kekecewaan akibat batalnya U-20 sedikit terobati.
Meski tak sehebat U-20–maklum kejuaraan itu adalah filter sebelum ke senior–namun disinilah sejarah bahwa Indonesia setidaknya pernah jadi tuan rumah ajang piala dunia. Tim nya pun lolos otomatis meski sifatnya dadakan.
Tentu dibanding tim binaan Shin Tae Yong U-20 yang disiapkan 2 tahun lebih tentu berbeda meski untuk berbicara banyak tentu belum.
By the way. Jadilah Surabaya, Solo, Bandung dan Jakarta dimeriahkan aksi para pesepakbola remaja bertubuh dewasa malah ada yg ‘barewo’, bro !
Sektor informal pun dimanfaatkan lewat penjualan jersey dan merchandise berbau U-17 di luar stadion. Dalam stadion pun produk resmi juga banyak meski harga, ‘odoh tuang’.
Walau sebelumnya banyak kerugian dari sektor ini karena U-20 telah lebih lama diprogramkan namun paling tidak PSSI ditangan Erick Tohir berakselerasi luar biasa.
Namun pelaku sepak bola dunia U17 dari 24 negara terheran-heran bahwa Indonesia ternyata punya Gelora Bung Tomo, Manahan, Jalak Harupat dan Jakarta Internasional Stadium (JIS). Keren-keren lagi, setidaknya 4 venue itu telah penulis juga kunjungi saat meliput event bola tanah air.
Ok, akhirnya euforia tersebut akan berujung. Tak ada pesta yang tak akan berakhir. Dan, Stadion Manahan, Solo, Sabtu (2/12/2023) akan jadi arena.
Timnas Indonesia memang telah kandas di grup A. Tapi tetaplah menikmati arti final. Sederhana saja, kapan lagi ada piala dunia sepakbola di Indonesia?
Soal ini, duta benua birulah yang dipastikan mengklaim gelar juara dunia.
Ya dua wakil Eropa, Jerman dan Prancis akan ‘baku abis’ di laga pamungkas final FIFA Worlc Cup U-17 di Indonesia.
Bicara lebih ke dalam, Jerman dan Prancis, dua negara sarat sejarah sepakbola untuk ukuran senior tentu memberikan jaminan final hebat.
Lupakan Brazil, sang juara bertahan, Inggris, Argentina Spanyol.
Sesungguhnya penulis hanya sempat menyaksikan aksi-aksi produk baru Brazil, Inggris, Uzbekistan, Senegal, dan termasuk Prancis. Karena mereka sempat bermain di JIS, Jakarta.
Khusus Prancis, dalam amatan saya, sepertinya, mereka tak semenarik Brazil atau pun Inggris.
Brazil dan Inggris yang bersua di penyihan grup, menampilkan permainan kelas dunia layaknya senior. Dihuni juga seabrek pesepakbola yang siap ke klub-klub besar Eropa.
Sementara Prancis sedikit berbeda. Fase 16 Besar lolos dari hadangan Senegal lewat penalti. Waktu normal pun berimbang lawan Senegal.
Malah, Senegal sebenarnya sempat mencetak gol di waktu normal namun dianulir. Saat itu, saya lihat, wasit tidak sama sekali memakai VAR.
Di 8 besar, Uzbekistan memberi perlawanan hebat. Prancis tak mau seperti Inggris yang dihentikan Uzbekistan di 16 Besar. Meski kelihatan berat toh Prancis mampu meredam Uzbekistan.
Di semifinal, Mali pun susah payah dibendung.
Prancis, nyaris tak ada pemain bintang yang menonjol. Kalau pun ada mereka mempertontonkan kolektifitas tim. Peran Jean-Luc Vannuci sebagai pelatih benar-benar dipertaruhkan.
Lalu bagaimana Jerman.
Timnya Christian Wueck itu begitu dominan di grup dengan kemenangan rata-rata tiga gol di tiga partai.
Di 16 Besar, Panzer Muda melindas AS 3-1, lalu Matador Spanyol juga digilas 1-0 di 8 Besar dan semifinal menghentikan Tango Argentina 4-2 (3-3).
Mereka benar-benar diuji, melewati banyak rintangan, sebelum ke partai puncak. Cerminan mental orang-orang Bavaria.
Meski tak melihat langsung Jerman, namun Wueck sebelum ke Indonesia telah mengusung misi mengawinkan gelar juara Eropa U-17 dengan gelar juara dunia U-17 ini.
Ambisi itu juga diperkuat Noach Darvich. Remaja binaan Freiburg FC ini menjadi maskot Jerman apalagi baru diikat kontrak raksasa Spanyol, Barcelona sejak Agustus 2023 hingga 2026 dengan target sudah dalam tim senior Catalan tersebut.
Tapi akan berhasilkan misi Wueck ataukah justru armadanya Vannuci yang kembali dipayungi Dewi Fortuna? Sekaligus membalas kekalahan penalti 4-5 di final Eropa U17 dari Jerman ?
Yang pasti, medali akan diterima Jerman dan Prancis dari Presiden Jokowi didampingi Presiden FIFA yang orang Italia berkebangsaan Swiss, Gianni Infantino.
Yang pasti juga, catatan sejarah bagi Indonesia telah terukir. (ram)