Nasional

Elektabilitas Prabowo-Gibran Tinggi, Pengamat: Tetap Lebih Intens Lagi Kampanye

JAKARTA-Elektabilitas Pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tinggi terakhir oleh Survei Litbang Kompas yang mencapai 39,3 persen. Padahal, Prabowo-Gibran terbilang sangat jarang kampanye mengingat keduanya memiliki aktifitas sebagai pejabat publik. Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) dan Gibran sebagai Wali Kota Solo. Lantas apa yang membuat elektabilitas Capres Prabowo Subianto dan Cawapres Gibran Rakabuming Raka tinggi meski jarang kampanye. Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai, ada sejumlah alasan yang membuat Capres Prabowo Subianto-Cawapres Gibran Rakabuming Raka tetap memiliki elektabilitas tinggi meski jarang kampanye. Pertama, dari sisi kekuatan mesin politik yang besar dibanding dua Pasangan Calon (Paslon) lainnya. Otomatis, dengan mesin politik yang besar tentu bisa bergerak kemana saja. “Secara postur kekuatan juga memang relatif lebih besar,” kata Umam saat dihubungi, Jumat (15/12/2023). Seperti diketahui, Capres Prabowo Subianto-Cawapres Gibran Rakabuming Raka didukung sebanyak sembilan Partai Politik (Parpol). Kesembilan Parpol pendukung Capres Prabowo Subianto-Cawapres Gibran Rakabuming Raka yaitu Partai Gerindra, Demokrat, PAN, Golkar, Partai Bulan Bintang (PBB). Lalu Partai Gelora, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima). Sementara itu Capres dan Cawapres nomor urut 1 Anies Baswedan dan Muhaimin memiliki dukungan sebanyak 29 persen. Kemudian Capres dan Cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD  sebesar 25 persen. “(Mereka) punya 45 persen, lalu disusul (pasangan) nomor urut 1 punya 29 persen. Lalu terakhir nomor urut 3 dengan kekuatan mesin partai politik dengan basis kursi di parlemen sekitar 25 persen. Gapnya berarti cukup besar,” tutur Umam. Selain oleh Parpol pendukung yang besar, faktor relawan juga yang membackup jaringan pasangan Prabowo Gibran. Salah satunya, kelompok relawan pendukung Presiden Joko Widodo yang pada Pemilu 2019 lalu. “Sehingga kemudian efek dominonya juga lebih besar,” ungkap Umam. Lalu faktor kedua, adalah efek dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebelumnya, berkali-kali Prabowo mengatakan bahwa dia akan melanjutkan program-program Jokowi dan merupakan bagian dari “tim Jokowi”. “Mereka (kubu Prabowo-Gibran) enggak perlu kampanye lebih banyak, karena kubu nomor urut 1 narasinya kontra, kubu nomor urut 3 narasinya agak gamang,” ucap Umam. Di satu sisi bersikap kritis, di sisi lain bersikap pro terhadap keberlanjutan,” sambungnya. “Relatif lebih mudah bagi publik untuk mencerna bahwa keberlanjutan Jokowi itu lebih konsisten terlihat di kubu 02,” ujarnya. Tidak turunnya Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dan Gibran sebagai Wali Kota Solo, menurutnya, juga merupakan strategi yang menguntungkan mereka. Seperti Gibran yang salah sebut asam sulfat untuk ibu hamil. “Maka dengan tidak mundur dari jabatan, (jarang kampanye) digunakan sebagai strategi mereka untuk meminimalisir potensi error,” ucapnya. Meski begitu, Umam menilai, kubu Prabowo-Gibran juga tetap perlu lebih intens lagi untuk kampanye. “Kalau mereka sifatnya hanya take for granted seperti saat ini, kampanye terbatas, ngomong terbatas, ini berpotensi memunculkan dua ancaman,” katanya. Ancaman yang pertama, Prabowo-Gibran tidak bisa memenangkan Pilpres 2024 satu putaran seperti yang diharapkan Paslon nomor urut 2. Lalu yang kedua, memberikan ruang kepada Capres dan Cawapres lain yang lebih agresif dalam menjalankan mesin infrakstruktur pemenangan.(sgi/axm)

 

Bagaimana Pendapatmu?

Back to top button