Nyong Nona Manado

Mayjen Rano Paparkan Astagatra Kepada Finalis Nyong-Nona Manado 2025 

 

Mayjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar, S.E. saat menjadi anggota Paskibraka Nasional 1987, meraih gelar Nyong Manado 1988, dan  Nyong Sulut 1988.

MANADO,Radarmanadoonline.com-Pra-karantina 22 finalis Pemilihan Nyong-Nona Manado (PNNM) 2025, sarat dengan pembekalan beberapa materi dari para narasumber. Pra-karantina 22 finalis PNNM 2025 berlangsung pada tanggal 23-25 Juni 2025. Diantara materi yang disampaikan kepada calon duta Kota Tinutuan ini, salah satunya bertajuk tentang Kepemimpinan Muda Yang Berwawasan Kebangsaan Untuk Kemajuan Kota Manado. Materi ini disampaikan oleh Tenaga Ahli Pengajar Bidang Strategi Lembaga Ketahanan Nasional (Tajar Lemhannas), Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Rano Maxim Adolf Tilaar, S.E. Diketahui, Mayjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar, S.E. adalah Nyong Manado 1988, Nyong Sulut 1988, dan anggota Paskibraka Nasional 1987. Dalam paparannya yang disampaikan secara virtual kepada 22 finalis PNNM 2025, di ruangan Toar Lumimuut, Kantor Wali Kota Manado, Tikala Ares, Senin (23/6/2026). Mantan Wakil Kepala Pusat Penerangan (Wakapuspen) TNI itu menguraikan beberapa bagian penting dalam materinya tersebut. Dimana Topiknya lebih menyoroti tentang Generasi Muda Manado Yang Berwawasan Geopolitik dan Geostrategis, sebagai Calon Pemimpin Bangsa di Masa Depan.

22 finalis PNNM 2025 foto bersama seusai Mayjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar, S.E menyampaikan materi

Mengawali pemaparannya Rano juga mengingatkan bahwa “Leadership Is Action Not Position”. Itulah sebabnya pemimpin itu harus memiliki Visi dan Misi, dimana sebelum menentukan Visinya pemimpin harus pula paham  dengan  adanya berbagai perkembangan di dalam negeri dan di luar negeri  dimana pemahaman ini sering disebut dengan istilah Lingstar (Lingkungan Strategis), sehingga diharapkan nantinya mereka dapat juga menciptakan  Misi-misi untuk pencapaian Visi yang diangan-angankan oleh mereka. Menurutnya, Teori Geopolitik dan Geostrategis yang bertumpu dari tiga suku kata yaitu kata Geografi diartikan sebagai letak/posisi strategis, kata Politik yang lebih menekankan pada Analogi “Tidak Ada Perkawanan dan Permusuhan Abadi, Tetapi Yang Ada Justru Adalah Kepentingan Yang Abadi”, serta kata Strategi yang berarti perencanaan. Mantan Kepala Kepala Staf Komando Garnizun Tetap ( Kaskogartap) I/Jakarta ini juga menerangkan bahwa Astagatra  dibagi dalam dua bagian yaitu Tri Gatra yang meliputi Geografi, Demografi, serta Sumber Kekayaan Alam. Dan Panca Gratra yang mencakup Ideologi, Ekonomi, Sosial Budaya, serta Pertahanan dan Keamanan. Dalam pemaparannya, Mantan Staf Khusus Kepala Staf TNI-Angkatan Darat (Kasad) ini mengatakan, bahwa Tri Gatra sifatnya statis dan terbagi menjadi tiga bagian yaitu Geografi yang mencakup pemanfaatan terhadap posisi strategis suatu wilayah, Demografi yang menyangkut pendataan Jumlah Penduduk dan penyiapan lahan Mata Pencariannya, serta eksploitasi Sumber Kekayaan Alam yang berbentuk Minerba/Migas (bahan tambang).

Mayjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar, S.E

Dikatakan pula oleh mantan Komandan Korem (Danrem) 074/Warastratama itu bahwa Panca Gatra tersebut sifatnya dinamis yang cakupannya meliputi Bidang Idelogi (yakni pemantauan terhadap adanya gerakan Radikal Kanan, Radikal Kiri serta Radikal Lainnya). Sedangkan bidang Politik berupa pemantauan terhadap gerakan Ormas, jalannya Pemerintahan yang bersih (Clean Government), serta pemantauan terhadap setiap kali dilangsungkannnya pesta demokrasi seperti Pilpres/Pileg/Pilkada. Sedangkan Bidang Ekonomi adalah mensinergikan antara  Makro Ekonomi (yang dilakoni oleh para pemodal besar) dengan Mikro Ekonomi (yang dimiliki oleh para pemodal kecil seperti UMKM). Lalu untuk bidang Sosial Budaya meliputi hal tentang penjaminan adanya Kepastian Hukum, mencegah melebarnya issu SARA, dan peningkatan terhadap SDM (Sumber Daya Manusia). Kemudian yang terakhir adalah bidang Pertahanan dan Keamanan yang cakupannya adalah upaya untuk mengeliminir adanya potensi Konflik Vertikal dan Konflik Horizontal. Disela-sela pemaparannya sambil memberikan pengarahan Rano juga memperlihatkan gambar sembari mengajukan pertanyaan yang isinya adalah “bila Kota Manado diserang teroris, maka lokasi mana yang dianggap mereka sebagai sasaran paling strategis?”, karena tidak ada peserta pemilihan yang dapat menjawabnya dengan tepat, maka Rano lalu menampilkan gambar slide berikutnya yang menunjukan  foto peralatan medis di rumah sakit Kandou Malalayang yang dioperasionalkan dengan menggunakan tenaga bio-nuklir untuk keperluan kemoterapi bagi pasien penderita kanker. Dimana melalui simulasi ini Rano mengingatkan kepada para Peserta PNNM yang juga merupakan representasi perwakilan dari seluruh masyarakat Manado agar berhati-hati dengan kerawanan sabotase manakala alat ini dimanfaatkan oleh para sabotir. Salah satu topik menarik dari materi ini yaitu Rano juga mengingatkan akan pepatah yang mengatakan “Bila Ingin Mengukur Seberapa Besar Kekuasaanmu, Maka Ukur Dulu Seberapa Besar Tanggung Jawabmu”. Sehingga, sebagai implementasinya Rano lalu mengukur tingkat kepedulian dari para Peserta PNNM dengan  mengajukan kembali pertanyaan  yaitu tentang nama dan lokasi patung yang berada di pusat Kota Manado (Kawasan 45), tepatnya di Taman Kesatuan Bangsa (TKB), dan kenapa tempat itu diberi nama TKB. Sebelum mengakhiri pemaparannya, Mayjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar, S.E, lalu membuka forum diskusi dan tanya jawab dengan diawali memberikan kesempatan bertanya kepada para wakil dari 11 kecamatan di Kota Manado, untuk mengajukan  pertanyaannya.(axm)

Bagaimana Pendapatmu?

Back to top button