Sekretaris Dinkes Sulut Menolak Ditemui Terkait Dugaan Tagihan Fiktif di PLN Suluttenggo

MANADO – Disebut-sebut terkait dengan kasus dugaan tagihan fiktif PLN wilayah Suluttenggo, dr Christofol Ririmase masih sulit dihubungi. Padahal namanya masuk dalam orderan obat tagihan yang mencuat saat ini.
Termasuk Kamis (6/4/2023) siang hari kemarin saat Manado Post digital, radarmanadoonline.com dan manadotoday.co.id menyambangi kantor Dinas Kesehatan provinsi Sulut di kawasan 17 Agustus, karena dr Christofol adalah sekretaris dinas provinsi Sulut. Tetap tak bisa ditemui.
” Oh dari media, silahkan duduk dulu ya,” kata Vanny Sondakh, staf sekdis setelah mempersilahkan media masuk ruangan dan duduk di tempat tamu.
Sejurus kemudian staf yang saat itu piket di gedung kantor sekdis menuju ke lantai 2 ruangan sekdis.
Namun saat turun kembali Vanny menginformasikan bahwa dr Christofol tidak berada ditempat.
” Bapak lagi ke luar kantor nanti saja ya,” kata Vanny.
Dr Christofol adalah dokter yang tercatat namanya dalam tagihan fiktif yang kini menghangat di PLN wilayah.
Sebab, dokter Christofol tercatat tahun 2019 hingga 2020 melayani para pensiunan PLN di apotek Kimia Farma di RS Rantumbuysang Manado.
Dalam data yang dibeberkan Purlisna atau Purna Karya Listrik Negara, wadah himpun pensiunan PLN wilayah Suluttenggo baru-baru ini, dokter disebut memberi order tagihan ke PLN wilayah dengan item obat maupun pemeriksaan.
Itu atas nama Nico Aror dan Jhony Pondaag sebagaimana disampaikan bendahara Purlisna Sammy Pontoluli.
Sammy sendiri memperlihatkan isi pesan WA dari kedua pensiunan tersebut sambil meminta agar hal ini ditelusuri. Sebab masing-masing di atas 20 juta tagihan yang harus dibayar PLN.
Padahal mereka merasa tidak pernah memeriksakan diri ke dokter dan ke apotek tersebut namun tercatat pada aplikasi PLN Sehat.
Inilah yang melahirkan sangkaan bahwa ada permainan antara apotek Kimia Farma, dokter Christofol serta petinggi PLN wilayah. Sebab, sudah ratusan pensiunan diduga dicatut agar uang negara dari PLN keluar.
Mantan GM Leo Basuki dan mantan manajer SDM dan umum Galih Chrisetyo disuga ikut masuk dalam lingkaran ini.
” Yang jadi pertanyaan ke mana sebenarnya uang-uang tersebut karena bisa mencapai miliaran kalau sudah ratusan yang namanya dimanfaatkan,” kata pemerhati masalah hukum Maykel Tilung SH. (rma)